Sunday, June 10, 2007

KAPAN KAWIN!!!

Sebuah pertanyaan yang menjadi populer karena sebuah iklan rokok.
Pertanyaan yang menjadi iklan jenaka ini ada yang bilang Indonesia Banget.

Dibalik kejenakaan iklan rokok tersebut, pertanyaan yang berakar dari budaya di Indonesia ini menyimpan kisah sebaliknya. Dari pengamatan pada lingkungan saya saat ini, pertanyaan tersebut bisa berakhir pada pengekangan hak pribadi untuk menikah dengan pilihan atau cara sendiri.

Pada usia tertentu, katakanlah lepas belasan tahun, seorang wanita yang belum menikah akan menjadi aib buat keluarga. Menginjak usia 20 tahun adalah usia yang menjadi masalah buat keluarga besar. Paksaan menikah, perjodohan yang tidak diinginkan si perempuan akan menjadi muara masalah ini. Yang bisa berujung pada perceraian kembali dan menjadikan si perempuan orang yang hidup sendiri atau bahkan menghidupi anaknya tanpa ayah karena nikah paksa yang berakhir ke perceraian.

Alasan memaksa menikah juga bukan alasan yang bisa disalahkan bagi sebuah keluarga besar. Kehidupan remaja saat ini yang saya amati jauh lebih parah dibanding apa yang digambarkan pada film "Jomblo", "Virgin" atau "BCG" yang sempat dilarang beredar di beberapa kota tapi kini disiarkan di televisi swasta, tentunya dengan berbagai sensor dibanding versi VCD/DVD-nya.

Indonesia memang berbeda dengan negara-negara lain. Di negara lain mungkin usia 17 tahun atau memasuki masa kuliah adalah usia lepas dari orang tua. Usia remaja mulai hidup mandiri. Tapi di Indonesia belum seperti itu, meski sudah mulai kelihatan banyak remaja yang di usia bahkan belum 17 tahun sudah hidup pisah dari orang tua. Memasuki pekerjaan yang mungkin membuat orang tuanya tidak suka. Tapi itu kenyataan. Pekerjaan itu antara lain menjadi SPG, vokalis band, dancer, bahkan sampai ladies di tempat hiburan malam.

Sebagian orang tua tidak bisa memahami generation gap yang terlalu lebar ini.

Nah bagi kalian yang cewek, apakah kalian berada dalam lingkungan keluarga seperti ini? Atau malah ada cowok yang ditanya "kapan kawin?" seperti dalam iklan rokok yang jenaka itu?

8 comments:

  1. kl ada yang tanya gtuh, gantian ane tanyain,.. "emang sampeyan punya calon untuk saya..??"
    gitu aja repot..


    Sebagian orang tua tidak bisa memahami generation gap yang terlalu lebar ini. <<-- ini bang yang susah, gimana kita mendidik generasi tua,. huwehehe,..
    untungnya orang tua ane cuek polpolan... itu mah urusan km, km dah gedhe,.. heheh

    thx reviewnya, bikin pencerahan,.. *halah

    ReplyDelete
  2. Satu kasus paling dekat adalah PRT di rumah saya. Sudah gajinya diminta sana-sini oleh sanak saudaranya di Samarinda termasuk oleh ortunya di Jawa. Eh suatu saat dipaksa pulang ternyata sudah disiapkan calon suami dan sudah disiapkan acara pernikahan, padahal dia punya pacar di Samarinda. Akhirnya dia nekat kabur dari desa meninggalkan rencana pernikahan yang sudah disiapkan, ke Surabaya naik bis, jual perhiasan, naik pesawat ke Balikpapan, lalu ke Samarinda naik taxi argo ke rumah pacarnya minta dibayarkan taxi karena sudah kehabisan uang. Lalu ke rumah saya minta kita bilang gak tahu dan minta kita pura-pura bahwa PRT kita masih di Jawa.

    ReplyDelete
  3. Kapan kawin? emangnya gampang. Kalau domba sih ada istilah masa birahi dan bisa ngamuk kalau tidak dilepaskan. Walau manusia mirip-mirip juga sih (punya kepala, badan dan kaki) tapi bedanya kepala manusia isi OTAK dan peruh manusia isi HATI, yang arti OTAK dan HATI pada manusia khan beda dengan hewan.
    Tapi akhir2 ini fungsi OTAK dan HATI manusia sudah banyak yang berevolusi mendekati fungsi OTAK dan HATI hewan, yang berjalan adalah "NAFSU". Jadi banyak adik2 yang "jualan" dan parahnya yang beli jualannya kakek. Inginnya sih seperti orang barat, tapi yang diambil adalah kebebasanya, peilaku yang baik dibuang.
    Itu deh komentar saya.
    NB : Minggu lalu saya tilik kampus, wah sekarang sdh rimbun banget, maklum 13 tahun ditinggal.

    ReplyDelete
  4. Lebih asik lagi kalau pertanyaannya diubah menjadi " Kapan Kawin Lagi ?"
    ini Samarinda banget ...!

    ReplyDelete
  5. Ha ha ha. Bener neh, yg punya masalah jadi keluarga besar. Pertanyaan "kapan kawin" merupakan pertanyaan masyarakat. Jadi yang nyuruh kawin masyarakat dong. Aku urang Samarinda yang lagi tinggal di negeri bule, umurku di atas 30. Di sini orang ga rese, masy. jg ga. Menikah itu hanya dianggap penanda status. Yg penting berkarya, berguna dan punya spesialisasi dalam pekerjaan. Kalo birahi bkn alasan untuk menikah. Hidup Samarinda

    ReplyDelete
  6. wah pak sanko ... hal seperti ini sering melanda tmn2 saya di tanah jawi sono rata sih kebanyakan ortu dr mereka menginginkan keturunan tetapi apa daya jodoh pun belum dapat hehehehehe ... nah itu terjadi pada kk2 tingkat saya di usia hampir mencapai kepala 30 bahkan sudah 30 lebih masih enjoy dengan dandanan kaos metal tapi gelisah di usia2 panik hahahahaha ... kebanyakan dr mereka si ingin mapan dulu kalo kawin duluan g bisa puas2 sin duit keringat sendiri itu ktnya sih ...

    ps:saya sendiri belum kepikiran menikah hehehehehehehe

    ReplyDelete
  7. wah pak sanko ... hal seperti ini sering melanda tmn2 saya di tanah jawi sono rata2 sih kebanyakan ortu dr mereka menginginkan cucu dr dia tetapi apa daya jodoh pun belum dapat hehehehehe ... nah itu terjadi pada kk2 tingkat saya di usia hampir mencapai kepala 30 bahkan sudah 30 lebih masih enjoy dengan dandanan kaos metal tapi gelisah di usia2 panik hahahahaha ... kebanyakan dr mereka si ingin mapan dulu kalo kawin duluan g bisa puas2 sin duit keringat sendiri itu ktnya sih ...

    ps:saya sendiri belum kepikiran menikah hehehehehehehe

    ReplyDelete