Wednesday, April 25, 2007

Catatan Perjalanan: Sepatu Melayang di Adam Air

Sial deh sama-sama di pulau Kalimantan, tapi dari Kaltim ke Kalbar aja mesti mutar lewat Jakarta. Udah gitu pesawatnya terbatas lagi. Garuda gak ada juga yang mendarat di Pontianak.

Ya udah, jadwal jadi pilihan utama. Nah pesawat yang paling cocok jadwal ya Adam Air selain ada Batavia Air dan Sriwijaya Air yang terbang berkali-kali antara Jakarta-Pontianak. Lion Air cuma ada satu kali penerbangan.

Selasa subuh nyaris tidak tidur. Televisi dengan siaran FTV-nya masih hidup ketika kubangun jam 03wib. Wah sial, ketinggalan acara Midnight Hot. Tinggal Spring-Summer dan Photographer aja yang sempat melintas. Malamnya sih sempat lihat Lingerie aja. Setelah selesai mandi dan sarapan sisa udang giling yang dibeli di Hoka-hoka Bento di samping hotel Kartika Chandra. Aku hybernate laptop. Kemas semuanya ke tas tarik dan tas jinjing. Check out dari hotel sekitar jam 04:00wib. Pesawatku dijadwal jam 05:50wib.

Sesampainya di Cengkareng terminal A-3. Sopir taxi Blue Bird yang kutumpangi dengan sopan mengembalikan semua uang kembalian ribuan dan logam juga tiket tol 3 lembar yang terjatuh kemudian. Wah bagus betul sopir Blue Bird ini. Beda dengan sopir Silver Bird 3 minggu lalu yang kembaliannya tidak balik, dan biayanya lebih mahal lagi.

Sampai di meja boarding, petugas bilang "maaf pak, delay sekitar 2 jam karena masalah weather". Dia pakai bahasa Inggronesia (bahasa campuran Inggris dan Indonesia). Boarding pass berupa secarik kertas yang dicetak di thermal paper menyebutkan jam 07:20. Waduh lamanya...

Cafe-cafe di bandara pada jam 4 itu sudah banyak yang buka, tapi berhubung belum lapar ya langsung ke gate yang ditunjuk. Disitu baru sedikit penumpang yang masuk. Jatah Pop Mie dibagi ke semua penumpang. Makan Pop Mie pagi-pagi lumayanlah untuk mengganjal delay yang 2 jam itu. Sambil nunggu, baca-baca buku "Re-Code Your Change DNA"nya Rhenald Kasali yang kubeli kemarin di Gramedia, Plaza Semanggi. 15.000 lebih murah dibanding harga jual di seminarnya Rhenald yang kuikuti seminggu sebelumnya di Hotel Bahana Surya, Balikpapan. Gak dapat tanda tangan asli Rhenald sih... tapi tanda tanganku sendiri juga bagus kok :)

Hampir jam 8 ketika Adam Air dari Surabaya yang menggantikan pesawat ke Pontianak tiba. Kita semua penumpang mulai boarding. Saya termasuk penumpang yang awal boarding. Kursiku 1D, paling depan kanan. Mestinya di samping aisle, tapi aku duduk di dekat jendela. Penumpang baru sedikit yang masuk ketika ada ribut-ribut di kiriku. Wah ada penumpang berkelahi. Satu penumpang wanita tionghwa kecil melawan pria besar gemuk berkaos dalam bertulisan Marinir atau Marine kalau gak salah, bersalut jaket kulit. Waduh. Penumpang yang sudah masuk duluan mulai melerai. Sebagian menarik si cewek menjauh dan didudukkan ke kursi di baris 1 yang kududuki. Aku sendiri mulai ikutan menyabar-nyabarkan pria besar gemuk tadi. Pramugari dua orang ikut melerai. Penumpang yang belum masuk macet sampai dibawah tidak bisa naik. Perkelahian terjadi di baris 2 (si cewek) dan baris 3 (pria gemuk itu), tidak ada baris nomor 1 di kiri.

Dua pria dewasa, lebih tua dari saya masuk ke baris 3 menyuruh pria besar tadi duduk di sudut dekat jendela. Si cewek duduk di baris 1 kanan didorong oleh satu pramugari juga duduk di kursi jendela. Sementara perang kata-kata berisi kebun binatang keluar dari kedua mulut penumpang yang berkelahi tadi. Sepatu si cewek sempat melayang tadi sebelum dilerai. Saya pindah ke baris 2 di posisi si cewek kelahi tadi. Saya bilang ke pramugari, biar saya pindah kursi saya buat si cewek. Sekalian saya membantu dua pria tadi menyekat medan perkelahian.

Seorang wanita agak tua ikut pindah tempat duduk merapat ke cewek di baris 1 yang kelahi. Ikut menyekat. Beberapa security Adam Air masuk ke pesawat. Sementara penumpang yang tadi tertahan mulai bisa masuk lagi. Suasana masih panas, penumpang sudah masuk semua tapi perang mulut masih berlangsung. Bahkan si cewek mau melempar sepatu lagi. Walah. Dua pria penyekat di belakang saya mengingatkan kalau sepatu bisa mengenai dia bukan lawannya.

Pramugari dan security meminta si cewek untuk turun dan ikut pesawat berikutnya jam 12, karena kalau masih berkelahi pilot tidak mau terbang. Waduh. Sudah delay 2 jam lebih eh delay lagi gara-gara penumpang kelahi. Si cewek ngomel-ngomel dan masih marah. Sempat nangis kalau kepalanya sakit dipukul tadi.

Permasalahannya akhirnya saya tahu. Si cewek pegang boarding pass kursi nomor 2. Dikiranya kursi yang diduduki pria gemuk besar tadi adalah nomor 2, padahal baris 1 tidak ada dan langsung baris 2. Pangkal perkelahian karena si cewek emosi langsung mendamprat pria gemuk besar yang sudah benar duduk di baris 3.

Akhirnya disepakati oleh semua yang melerai, kedua penumpang yang berkelahi itu terbang bersama dengan sekatan penumpang-penumpang lain yang sukarela membantu. Saya duduk di baris 2 di kursi yang semestinya diduduki oleh cewek tadi. Sebelah kanan saya ada cewek mungil yang minta pindah ke dekat jendela. Dia masih kelas 2 SMA dan baru liburan di Jakarta karena sekolahnya dipakai ujian. Dia bilang masih ngantuk dan capek karena bangun jam 2 pagi karena mobil yang antar ke Cengkareng jam 3 pagi. Mungkin faktor kurang tidur ini juga yang membuat dua penumpang itu sampai pukul-pukulan, lempar sepatu dan perang mulut. Satu security berwajah Indonesia Timur dan berbadan tegap berpakaian batik ikut menyekat di baris 1.

Saya ke depan ke pramugari menyarankan memberi obat penenang semacam Antimo ke cewek yang masih mengomel itu. Pramugari tidak berani karena takut ada komplikasi. Tapi akhirnya Panadol pun diberikan, minyak angin juga dioleskan ke dahi cewek yang kelahi tadi. Dan suasanapun sudah mulai tenang. Pilot bersedia take off. Duh leganya.

Sesampainya mndarat di Pontianak, para penumpang penyekat dan security bersepakat dulu untuk segera menurunkan si cewek sementara mereka menahan pria gemuk besar tadi di kursi dekat jendela sampai semua aman. Saya ikut turun duluan.

Di terminal setelah dapat bagasi ketemu lagi dengan pria gemuk besar tadi dan penumpang penyekat. Kita semua bersalam-salaman dengan senyum manis, termasuk senyum manis dari pria gemuk besar yang sudah tidak emosi lagi seperti 2 jam sebelumnya.

Penjemputku bingung karena tadi sempat ku SMS kalau delay tambahan gara-gara penumpang kelahi. :)


Catatan Perjalanan: Internet Anywhere


Minggu (22/4) - Rabu (25/4)

Samarinda - Balikpapan - Jakarta -
Pontianak - Jakarta - Balikpapan - Samarinda.

Minggu pagi menyalakan laptop yang dilengkapi GC-79 dengan SIM Card XL yang saya pakai untuk akses internet.

Laptop langsung terhubung ke internet setelah semua software awal berjalan. Browser diaktifkan langsung mengakses homepage www.samarindacity.com sementara ada tanda tameng merah menarik perhatian di kanan bawah. Ternyata peringatan bahwa software penjaga virus yang saya pasang Norman Virus Control (NVC) mentrigger MS Win XP saya untuk mengingatkan bahwa software sudah out of date jadi harus download engine baru. Saya klik kanan NVC dan minta internet update. Setelah beberapa saat muncul informasi bahwa file engine yang harus di download 9mb lebih besarnya. Saya OK-kan.


Ternyata diperkirakan perlu waktu lebih dari 30 menit untuk download. Saya lanjutkan cek e-mail di samarinda.org, cbn.net.id dan gmail.com via webmail semua. Download 9mb ternyata tidak berhasil selesai sampai saya akan berangkat, tampkanya dengan kecepatan setara dial up memang tidak cukup hanya 30 menit. Dulu waktu dial up masih lapang, untuk mendownload 1mb perlu 5 menit. Tentunya sekarang perlu waktu lebih dari itu.


Sampai di Sepinggan, tidak perlu pusing-pusing cari WiFi HotSpot. Hidupkan laptop dari hybernate langsung sambung lagi ke internet. Coba download lagi NVC sambil cek e-mail, nge-friendster dan multiply.com

Gagal lagi update karena harus boarding.

Tapi saya masih punya keleluasaan akses internet dimana-mana dengan CBN Mobile Thru XL yang saya pakai.

Tidak kencang sih, tapi lumayan untuk cek e-mail via webmail.

(saran saya jangan download email karena pasti attach file yang gede-gede bakal nyangkut lama).


Sampai hotel di Jakarta, laptop saya hidupkan lagi dan sekalian re-charge battery.

NVC saya aktifkan proses downloadnya.

Saya tinggal keluar makan malam.

Mungkin lewat 1 jam lebih dan ketika kembali, tameng merah bersilang dari Microsoft sudah tidak muncul lagi. NVC saya cek ternyata engine sudah ganti baru. Total bytes terdownload yang saya lihat di jendela GC-79 sudah lewat lebih dari 10mbps.

Di Jakarta ternyata aksesnya lebih kencang dibanding di Balikpapan. Sementara di Sepinggan tadi saya rasakan akses juga sedikit lebih cepat dibanding di Samarinda.


Meski masih kecepatan dial up, tapi saya sudah berani buka-buka foto friendster.com dan www.ayofoto.com

Memang mesti ada kesabaran sedikit karena bukan kecepatan broadband internet.

Sampai pagi laptop tidak saya matikan ternyata koneksi tidak putus sama sekali. Saya bisa lanjutkan cek e-mail pagi itu.

Begitu juga malam selanjutnya dari malam sampai pagi laptop tidak dimatikan dan koneksi tidak putus sama sekali.


Dalam perjalanan ke Pontianak, cewe SMA di kursi sebelah saya cerita kalau internet di Pontianak "kuno-kuno" dan lambat. Dia bandingkan dengan Jakarta memang bedalah... kuno itu maksudnya komputer di warnet-warnet spec-nya lama dibanding yang dia temui di Jakarta.


Saya menemukan warnet Candika yang menggunakan 10 unit (atau lebih) laptop untuk para pengunjungnya. Ya laptop. Bukan desktop PC pakai LCD monitor.

Makan siang sempat presentasi sebentar pakai laptop saya yang akses internet seperti biasa. Sempat aktif, sempat browse ke beberapa situs. Lalu putus... dan tidak berhasil sambung lagi. Ya sudah kita konsentrasi makan siang.

Sampai hotel sebelum mandi, saya coba akses internet lagi, sempat sambung, sempat buka halaman pertama webmail, lalu putus...


Malamnya ke cafe Oh La La yang dimana-mana selalu ada internetnya. Kalau di Jakarta dengan CBN HotSpot, di Pontianak sih tidak ada CBN ya sambungnya pakai provider lain. Saya tidak bawa laptop. Ternyata di cafe itu bertebaran di hampir semua meja yang ada pengunjungnya. Laptop. Berbagai merk. Pengaksenya mulai dari ABG-ABG putri sampai bapak-bapak yang akses serius dan sekompok remaja yang akses internet juga pakai laptop. Wah di Pontianak tampaknya memang benar pengakses internet lebih maju dibanding Samarinda.


Malamnya saya gagal lagi akses internet di laptop saya.

Subuh menjelang cek out sempat 1 jam lebih sambung internet dan berhasil membuka semua webmail saya, tapi tidak berani coba buka situs banyak gambar. Maklum di Pontianak lambattttt sekali aksesnya.


Transit di Cengkareng berhasil akses dengan kenceng lagi.

Dan akhirnya malam ini akses broadband lagi...


Kapan ya Samarinda seperti Pontianak yang lebih banyak pengakses internetnya.

Kapan ya Pontianak pakai FO akses internetnya sehingga tidak kalah cepat aksesnya dibanding Samarinda.

Kalau Pontianak lebih kenceng akses internetnya dibanding Samarinda, barangkali pengguna internetnya juga akan berlipat ganda lagi dibanding Samarinda.





Saturday, April 21, 2007

Crown's: Dancing Queen Contest session 3




Mestinya sudah di upload dari kemarin-kemarin tapi terhalang beberapa kegiatan setelahnya, termasuk pameran foto di SCP. Jadi sekarang upload adegan2 pada 30-31 Maret 2007 di Crown.

Sesi 3 ini paling banyak yang gak pas narinya. Temanya: Sexy Latin.

Friday, April 20, 2007

"Om tahu nggak bangunan bercat merah di ujung jalan Yos Sudarso"

Percakapan itu mengawali obrolan makan malam di sebuah cafe di jalan Juanda, Samarinda. Suasana cafe yang baru buka kurang dari 6 bulan itu tidak terlalu ramai. Beberapa meja terisi, sebagian pasangan muda, sebagian lagi kelompok-kelompok baik cewek semua, cowok semua atau campuran. Mobil berderet di pinggir jalan di depan cafe, tukang parkir menyalakan obor di pinggir jalan yang sempat mati.

"Oh itu namanya klenteng, kenapa?"
Shanti malam itu bercelana jins pendek dan berkaos gelap, kontras dengan warna kulitnya yang putih. Kontras juga dengan pengunjung lainnya yang rata-rata bercelana panjang atau rok selutut atau lebih panjang.
"Dulu aku sering kesitu dengan ayah waktu kecil, waktu itu aku masih lebih putih dibanding sekarang. Jadi orang-orang pikir aku anak Cina", Shanti melanjutkan ceritanya.
"Om pernah kesitu kah?"
"Nggak, aku sering lewat saja tapi tidak pernah kesitu. Tapi kalau beberapa klenteng di Jawa aku pernah masuk"
"Dulu ayah sering bawa pulang lilin merah besar ke rumah"
"Kamu kecil umur berapa atau sampai kelas berapa masuk ke klenteng?"
"Ya SD sampai SMP gitu, ikut ayah sih. Ayah sering kesitu karena banyak temannya disitu"

Titin pacar Shanti yang duduk di sebelahnya tidak terlalu menggubris percakapan kita, dia sibuk memotong daging steak yang menurutnya terlalu keras. Sementara bistik ayam Shanti sudah hampir habis. Titin tidak berpenampilan terlalu menyolok, t-shirt gelap yang sedikit kebesaran dan celana jins selutut. Orang yang baru lihat mungkin menganggap Titin adalah cowok kecil saja. Titin yang selalu agak membungkuk menyembunyikan tonjolan di dadanya, sekaligus menyamarkan penampilannya. Tidak ada tonjolan tali bra di punggung t-shirt yang dipakai Titin, seperti biasanya Titin tidak pernah menggunakan bra.

"Malam ini keluar kah?" tanya Shanti ke Titin mengalihkan pembicaraan.
Udara makin dingin malam itu, sebagian Samarinda baru disiram gerimis. Meja di cafe yang tidak terlindung atap juga terlihat basah habis tersiram air yang tercurah.
"Keluar kemana?" tanya balik Titin.

.... (belum selesai, dan entah kapan selesainya) ....

Monday, April 16, 2007

Sunday, April 15, 2007

Dialogue With Nature - Samarinda - 15 April 2007 (last day)


Dari Ghanesa College menyumbang band 2 hari terakhir ini.

Hari terakhir sudah berakhir, pengunjung memuncak pada hari terakhir.
3 hari pertama baru 14.925 pengunjung, hari terakhir 10.832 pengunjung dengan total pengunjung 56.047 selama 10 hari pameran.
Penghitungan dilakukan hanya di area foto2 DR. Daisaku Ikeda dengan menghitung orang yang berhenti dan memperhatikan foto. Di area foto2 IPO, KNPI dan foto2 KALTIM tidak dihitung karena lorong itu merupakan lalu lintas padat sirkulasi Samarinda Central Plaza.

Semalam pembongkaran pameran berhasil dilakukan dengan lumayan cepat, sekitar 5 jam selesai (sampai jam 03:00wita) dan seluruh materi pameran masuk truk untuk diangkut ke Makassar, kota tujuan pameran berikutnya.

Akankah Samarinda bisa menyelenggarakan pameran fotografi besar seperti ini lagi?

Dialogue With Nature - Samarinda - 14 April 2007


pasang kabel sound tambahan

Hari ke-9 ditambah acara oleh Ghanesa College (band) dan juga ada tambahan modern dance oleh Gempita Fortune Entertainment. Sabtu yang paling ramai jadi tambah sesak.

Friday, April 13, 2007

Friday the 13th - Jum'at Kliwon

Wah baru nyadar nih... kemarin itu Friday the 13th sekaligus Jum'at Kliwon.
Aku melewati tengah malam kemarin tidur.....
Ada yang merasa serem gak kemarin.... he..he..he..

(blog iseng-iseng)

Sunday, April 8, 2007

Dialogue With Nature - Samarinda - 7/8 April 2007




Suasana Sabtu malam 7/4/07 dan tambahan Minggu siang waktu teman2 kumpul

Saturday, April 7, 2007

Dialogue With Nature - Samarinda - 6 April 2007




Pameran Fotografi Dialogue With Nature di Samarinda Central Plaza mulai dibuka untuk umum pada 6 Apirl 2007 s/d 15 April 2007

Info lengkap lainnya di http://kohde.multiply.com/journal/item/33

Thursday, April 5, 2007

Pameran Fotografi "Dialogue With Nature" Terbesar di Dunia Diselenggarakan di Samarinda


Dialogue With Nature


Merupakan sebuah pameran fotografi karya Presiden Soka Gakkai
Internasional (SGI), Dr. Daisaku Ikeda yang menampilkan keindahan alam
sebagai wujud kesatuan diri sendiri dengan alam semesta. Dialogue With Nature
pertama kali dipamerkan tahun 1988 di Paris, Perancis dan sampai saat
ini foto-foto karya Ikeda telah mengunjungi 101 kota di 35 negara dan
telah dinikmati lebih dari 10 juta orang.



Atas Inisiatif Soka Gakkai Indonesia, sebagai afiliasi dari Soka
Gakai Internasional, dari 96 foto pilihan karya Dr. Daisaku Ikeda yang
dibawa ke Indonesia, 66 diantaranya akan berkeliling bersama 36 foto
koleksi Indonesia Photographer Organization (IPO) dan 20 foto Komite
Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).



Pada tahun 2006 Dialogue With Nature telah dipamerkan di 16
kota besar di Indonesia, mulai dari Semarang pada awal Maret dan
berakhir di Banda Aceh pada akhir Desember. Tahun 2007, Dialogue With Nature
akan mengunjungi enam kota, dimulai dari Batam (5-14 Januari 2007),
Tanjung Balai Karimun (22-28 Januari 2007), Pontianak (9-15 Maret
2007), Samarinda (6-15 April 2007), Makassar (11-20 Mei 2007) dan rencananya akan berakhir di Denpasar, Bali (8-17 Juni 2007).


Selama dipamerkan di 19 kota, Dialogue With Nature mendapat
dukungan positif dari Gubernur maupun Walikota dan disambut dengan
hangat oleh lebih dari 233.000 pengunjung. Di Jakarta sendiri, pada
bulan Mei tahun lalu, pameran ini dibuka secara resmi oleh Ibu Hj.
Mufidah Jusuf Kalla.



Di Samarinda, Dialogue With Nature dipamerkan di Samarinda Central Plaza
selama sepuluh hari. Pameran dibuka untuk umum mulai tanggal 6-15 April
2007 dari pukul 10:00-22:00wita setiap harinya, dan secara resmi akan
dibuka pada tanggal 7 April 2007, pukul 14:00wita - selesai. Selain
foto-foto karya Dr. Daisaku Ikeda, foto-foto KNPI Pusat dan koleksi IPO
yang dibawa keliling Indonesia, dari Kalimantan Sendiri ikut dipamerkan
2 foto dari Dinas Pariwisata Kaltim, hasil lomba Foto Wisata 2005, 2
foto dari KNPI Kaltim karya ketua DPD KNPI Kaltim Amir P. Ali dan 20
karya foto fotografer yang ada di Kalimantan Timur yang tersebar di
Samarinda, Balikpapan dan Bontang dengan lokasi pemotretan di Kaltim.



Kegiatan ini diselenggarakan oleh Soka Gakkai Indonesia bekerjasama
dengan Indonesia Photographer Organization (IPO) dan Komite Nasional
Pemuda Indonesia (KNPI), melalui pembinaan Departemen Pendidikan
Nasional RI dan Kementerian Negara Pemuda & Olah Raga RI. Di
Samarinda bekerjasama dengan DPD KNPI Propinsi Kalimantan Timur,
Samarinda Central Plaza dan didukung oleh: KADIN Kalimantan Timur,
Badan Narkotika Provinsi Kaltim, SamarindaCity.Com,
Kaltim Post, Tribun Kaltim, TVRI Kaltim, RRI Samarinda, Olah Asri, PC
KALTIM, M Radio Samarinda, Samarinda Pos, Ghanesa College, Radio Metro
Mulawarman, Radio Suara Mahakam dan Ayofoto.Com



Misi dari kegiatan ini adalah, "Menjadikan semangat
Dialogue With Nature sebagai tenaga pendorong yang efektif untuk
menghubungkan kemegahan alam semesta dengan keagungan jiwa setiap
individu untuk saling memberikan inspirasi dan kontribusi yang penuh
penciptaan nilai"